The Narcissistic Character

Catatan Buntje Harbunangin

Tipe ini paling banyak ditemukan dalam gejala narsis. Bahkan, tipe ini sering diterima sebagai “normal” oleh orang banyak. Kita sering menemukan mereka di berbagai tempat dan kesempatan. Mereka banyak tersebar sebagai pemimpin atau tokoh. Baik di bidang ilmu pengetahuan, bisnis, seni, politik, entertainment.

Dibandingkan Phallic Narcistic, selain fokusnya yang tak hanya terbatas pada seksualitas, Narcistic Character ini grandiose nya lebih besar lagi.  Mereka bukan merasa lebih baik daripada orang lain tapi terbaik. “They are not just better, they are the best”.  Bukan sekedar menarik tapi paling menarik, paling atraktif.

Uniknya, perasaan itu bisa bukan sekadar perasaan. Banyak di antara mereka memang benar-benar sukses. Mereka siap bekerja keras, tangguh, perfeksionis. 

Prestasinya dalam meraih kekuasaan, popularitas ataupun harta mengundang kekaguman orang lain. Merasa kuat dan orang lain juga melihat mereka sebagai “orang kuat”.

Bukti prestasi itu membuat mereka kian tampil seperti percaya diri. Egonya melambung, ego inflated. Dalam situasi sosial, mereka tak malu-malu menuntut “me first” atau “me only”. Senang bercerita tentang perjuangannya meraih kesuksesan, kekayaan atau luasnya pergaulan.

Sangat bersemangat, wajah cerah, matanya berbinar- binar saat dikerumuni pengikut atau pengagumnya. Seolah- olah itulah puncak kebahagiaan dirinya.

Keinginan diistimewakan, dipatuhi, dijadikan tempat meminta nasihat besar sekali. Lebih suka didengarkan daripada mendengarkan. Berbicara memang tanda kekuasaan.

Cara mudah membedakan dengan Phallic Narcistic adalah lewat fantasi mereka. Phallic Narcistic berfantasi dirinya seksi. Fantasi Narcistic Character lain lagi. “Saat di jalan, saya merasa orang-orang menepi. Memberi jalan untuk saya. Persis seperti membelah Laut Merah. Sungguh menyenangkan”. Begitu cerita salah seorang pasien Lowen. Mereka bayangkan dirinya seperti kaisar, presiden, perdana menteri ataupun selebriti yang melewati koridor polisi untuk mengamankan dari penggemarnya.

Mereka mungkin sadar bahwa itu hanya fantasi. Tapi itulah bayangan diri yang harusnya mereka miliki di dunia nyata. Kata mereka.

Tipe berikutnya adalah Borderline Personality.

Borderline artinya “perbatasan” Borderline Personality berada di perbatasan antara normal dengan neurotik dan normal dengan psikotik. Neurotik itu gangguan fungsional. Psikotik itu struktural. Neurotik bisa diselesaikan lewat psikoterapi. Untuk psikotik, psikoterapi tidak cukup. Perlu bantuan farmakologi, obat-obatan.

Tipe ini lebih berat daripada kedua tipe terdahulu. Berat, karena lebih sulit dideteksi. Lebih sulit disembuhkan.

Secara kasat mata, mereka seperti orang normal. Tidak terlalu sibuk dengan penampilan dan berdandan atau suka sekali merawat tubuh, tak terlalu sering mematut-matut diri di depan cermin, memajang foto diri di mana-mana; seperti gejala narsis umumnya. Juga tak selalu bicara terus tentang dirinya. Tidak juga selalu ingin diistimewakan. Tapi gangguan kejiwaan mereka lebih serius.

Karena agak panjang, tipe ini kita bahas di catatan berikutnya. 

Salam (BH)

HIMPSI Jaya adalah Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah DKI Jakarta Raya. Merupakan organisasi yang menghimpun Psikolog, Ilmuwan Psikologi, dan Praktisi Psikologi yang berpraktik dan atau bekerja di wilayah DKI Jakarta.