
Ditulis oleh Nurul Khasanah, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Pernahkah terpikir, sebetulnya apa yang terjadi ketika seorang perempuan yang telah memiliki anak dan/atau cucu, memiliki hubungan asmara dengan seorang laki-laki muda dengan status single, atau sebaliknya, seorang perempuan sangat belia dengan status single, memiliki hubungan asmara dengan laki-laki lanjut usia yang telah memiliki anak dan/atau cucu, baik terjadi pada figur publik atau pun bukan?
Beragam komentar tentu bermunculan, ada yang berkomentar bahwa mereka berhubungan demi konten, demi popularitas, mencari perhatian, mengisi kekosongan, ingin menunjukkan “kehebatan” diri, bahkan ada yang berkomentar salah satu pihak memanfaatkan pihak lainnya, dan ada pula yang berkomentar jatuh cinta tidak memandang usia.
Terlepas dari berbagai komentar, baik yang mendukung atau pun yang menentang, positif ataupun negatif, ada yang mengulasnya dari sisi kepribadian keduanya, atau ada juga yang mengulas dari sisi masa lalu keduanya. Nah, kali ini mari kita ulas dari sisi yang lain, yaitu dari sisi cinta. Ya, cinta. Apakah cinta itu sebenarnya? Apakah cinta berarti suka? Apakah cinta berarti sayang? Apakah cinta selalu berakhir dengan pernikahan?

Konsep tentang cinta dikemukakan oleh Robert J. Sternberg (dalam Baron & Byrne, 2005) dengan nama model segitiga cinta (triangular model of love) atau triangular theory of love (Papalia & Martorell, 2020). Adapun komponen segitiga tersebut meliputi, keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment). Keintiman, artinya kedekatan yang dirasakan oleh dua orang dan kekuatan dari ikatan yang menahan mereka bersama. Gairah, maksudnya adalah yang didasarkan pada ketertarikan fisik dan seksualitas. Sedangkan komitmen, artinya merepresentasikan faktor kognitif, keputusan bahwa seseorang mencintai dan ingin bersama serta komitmen untuk mempertahankan hubungan. Cinta dapat didasarkan pada masing-masing dari ketiga komponen tersebut, kombinasi kedua komponen, atau kombinasi ketiga komponen.
Adapun jenis-jenis cinta dengan mengacu pada model segitiga cinta, sebagai berikut (Baron & Byrne, 2005):
- Rasa suka (Liking). Pada jenis ini, hanya terdapat satu komponen saja, yaitu keintiman, seperti pertemanan sejati tanpa gairah atau nafsu atau komitmen jangka panjang.
- Cinta romantis (Romantic love). Cinta jenis ini terdapat komponen keintiman dan
nafsu, seperti, sepasang kekasih saling tertarik satu sama lain secara fisik dan
emosional tetapi tanpa komitmen, misalnya cinta lokasi. - Tergila-gila (Infatuation). Cinta jenis ini hanya ada komponen nafsu saja, seperti,
cinta pada pandangan pertama yang penuh gairah atau nafsu dan bersifat obsesif
tanpa adanya keintiman atau komitmen. - Cinta bodoh (Fatuous love). Komponen nafsu dan komitmen ada pada cinta jenis
ini. Komitmen berdasarkan nafsu atau gairah tanpa adanya waktu untuk
berkembangnya keintiman, hubungan yang dangkal, misalnya, pernikahan
mendadak. - Cinta kosong (Empty love). Pada cinta jenis ini hanya ada komponen komitmen
saja, seperti, keputusan untuk mencintai orang lain tanpa keintiman atau
nafsu/gairah. - Cinta karib (Companionate love). Komponen keintiman dan komitmen ada pada
cinta jenis ini, misalnya, pertemanan jangka panjang dengan komitmen seperti
pada perkawinan, yang mana nafsu atau gairah sudah hilang. - Cinta sempurna. Ketiga komponen cinta, yaitu, keintiman, gairah/nafsu, dan
komitmen ada pada cinta jenis ini. Cinta yang lengkap, keadaan yang ideal.
Sedangkan, menurut Papalia dan Martorell (2020), selain ketujuh jenis cinta yang telah diuraikan, yaitu rasa suka, cinta romantis, tergila-gila, cinta bodoh, cinta kosong, cinta karib, dan cinta sempurna, ada satu jenis cinta yang lain, yaitu nonlove, yang mana ketiga komponen cinta, yaitu intimacy, passion, dan commitment, tidak ada. Artinya, cinta jenis ini digambarkan sebagai hubungan interpersonal, yang merupakan interaksi biasa.
Nah, cinta jenis yang mana yang terbentuk, ketika seorang perempuan lanjut usia yang telah memiliki anak dan/atau cucu memiki hubungan asmara dengan seorang laki-laki muda dengan status single atau sebaliknya, seorang laki-laki lanjut usia yang telah memiliki anak dan/atau cucu memiliki hubungan asmara dengan perempuan muda belia dengan status single? Lalu, bagaimana dengan anda yang saat ini sedang mencintai dan dicintai, jenis cinta yang manakah?
Referensi
Papalia, D. E. & Martorell, G. (2020). Experience human development. 13 ed. New York: McGraw-Hill.
Baron, R. A. & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial. 10 ed. Jakarta: Erlangga